Jumat, 27 September 2013

MAKALAH SENI TARI SERIMPI




MAKALAH SENI TARI




Oleh:
ACHMAD FATONI
ANNISA AYU WARDANI
MIFTACHUL FIRA MAULIDIA
REFI FADOLI



SMA NEGERI 1 KEPANJEN
Jl.Jenderal Ahmad Yani No.48 Kepanjen
Telp.(0341)359122 Kode Pos : 65163
TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013


KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah berjudul “Analisis Tari Srimpi Sebagai Media Kartasis”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Seni Budaya yang dibimbing oleh Bu Rini, dan untuk memperluas pengetahuan kami (siswa-siswi) dalam bidang seni tari.
            Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Khususnya kepada :
1.      Bapak Drs. H. Maskuri selaku kepala SMA Negeri 1 Kepanjen serta jajarannya yang telah memberikan kemudahan berupa moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di SMA Negeri 1 Kepanjen ini.
2.      Ibu Sukana Sri Utami, S.Pd selaku wali kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kepanjen.
3.      Ibu Rini Astini, S.Pd selaku guru pembimbing.
4.      Teman-teman semua XI IPA 3 SMA Negeri 1 Kepanjen.
            Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami meminta maaf atas kekurangan yang ada. Kritik dan saran sangat kami harapkan.
Peyusun pun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca , dan khususnya bagi penyusun sendiri.


Kepanjen, 27 Agustus 2013


Penyusun





Daftar Isi

§  BAB I :
Pendahuluan
§  1.1 Latar belakang ........................................................................................... 4
§  1.2 Rumusan masalah ......................................................................................5
§  1.3 Tujuan makalah ......................................................................................... 5
§  1.4 Metode ....................................................................................................... 5
§  1.5 Sejarah singkat tari .................................................................................... 6
§  BAB II
Isi/ Pembahasan
§  2.1 Identitas Tari ..............................................................................................7
§  2.2 Unsur-unsur Pendukung Tari .....................................................................8
§  2.3 Eksistensi Tari ...........................................................................................10

§  BAB III
Penutup
§  Kesimpulan ......................................................................................................13
§  Kritik dan Saran...............................................................................................13









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tari nusantara adalah tari hasil kebudayaan lokal,suku,kepulauan,atau daerah tertentu.Tarian daerah merupakan identitas dari etnis atau suku masing-masing.Tari nusantara juga merupakan warisan budaya yang berkembang secara turun temurun.jenisnya sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah Nusantara.
Tari tunggal adalah jenis bentuk tarian yang diperagarakan oleh seoarang penari ,baik laki- laki atau perempuan .Karakter unatuk tari tunggal dibedakan menjadi dua yaitu :

a). Karakter maskulin memiliki rangkain gerak tegas,kokoh,patah-patah,dan kuat. 
b).Karakter feminim memiliki rangkain gerak halus,melengkung, patah-patah  menyudut,dan lemah gemulai. 

Tari nusantara merupakan salah satu bentuk ekspresi yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Tarian yang diciptakan pada dasarnya adalah salah satu bentuk perwujudan dan pemenuhan kebutuhan jasmani,rohani,baik material maupun spritual.
Tari merupakan alat ekspresi dan sarana komunikasi seorang pencipta tari (koreografer) dengan penonton atau penikmat seni.sebagaimana bentuk  penyajian tari lainnya, tari tunggal dapat dinikmati dari unsur berikut :
a)  Wiraga      : peragaan sikap dan gerak dari seluruh tubuh yang dilakukan oleh seorang penari. 
b)   Wirama : ketukan dan dinamika perpindahan sikap yang selaras dengan karakter .
c)    Wirasa      : ekspresi raut muka seorang penari yang membawakan gerak tari.
d)   Wirupa     : perupaan yang memberikan kejelasan karakter.






BAB 2
1. Sejarah Tari Serimpi
            Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah. Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya  adalah wanita.  Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang berarti  4.  Menurut Kanjeng Brongtodiningrat,  komposisi  empat penari sebagai simbol dari empat penjuru mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin(udara) dan Bumi (tanah). Sedangkan nama peranannya adalah  Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang melambangkan tiang Pendopo.
Nama serimpi sendiri oleh Dr. Priyono dikaitkan dengan akar kata “impi” atau mimpi. Gerakan  lemah gemulai tarian serimpi yang berdurasi ¾ hingga 1 jam itu dianggap mampu membawa para penonton ke alam lain (alam mimpi). Konon, munculnya tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram,  saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Dan tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton sebagai ritual kenegaraan hingga peringatan Naik Takhta Sultan.
Namun  pada tahun 1775, ketika  Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta, tari serimpipun kemudian terbagi menjadi dua aliran yakni gaya Kesultanan Yogyakarta dan Gaya Kesultanan Surakarta. Tari  Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan.
Sebagai tari klasik di kalangan istana Yogyakarta, Tari Serimpi telah menjadi seni yang adhiluhung serta dianggap sebagai pusaka Kraton.









BAB II
PEMBAHASAN / ISI
2. Identitas Tari :
            2.1 Judul Tari
                        Tari Serimpi
            2.2 Asal Daerah
                        Yogyakarta
            2.3 Koreografer
                        Pakubuwono IV
2.4 Durasi tari
·         Versi lama       : ±60 menit
·         Baru                : ±15 Menit

2.5 Tema Tari
Menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan, yakni antara baik dan buruk, benar dan salah, akal manusia dan nafsu manusia.
            2.6 Macam-macam Jenis Tari Serimpi
·         Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.
·         Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.
·         Tari Serimpi Padhelori
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.
·         Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
·         Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari.
·         Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
2.7 Sinopsis Tari
Tari Serimpi adalah salah satu tari sebagai media katarsis (pembersihan jiwa) yang berasal dari D.I. Yogyakarta. Tari ini berisi tentang gambaran pertikaian antara dua hal yang saling bertentangan (misal : baik dan buruk).
            2.8 Fungsi dan Peran Tari
Tari Srimpi yang dipergelarkan di dalam keraton merupakan tari upacara raja. Tari jenis ini dipergelarkan untuk upacara kerajaan seperti penobatan putra mahkota, tumbuk yuswa dan juga untuk menjamu tamu-tamu raja (menyambut tamu kenegaraan).
2.9 Pelaku Tari
Tari Serimpi Sangopati (karya : Sinuhun Pakubuwono IX) Tarian Srimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah
Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Serimpi sangopati. Kata
Sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893,
beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati. Hal ini dilakukan berkaitan
dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial
Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa
Kepada Belanda. Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu
para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian Serimpi Sangopati.


2.2 Unsur-unsur Pendukung Tari
            2.1 Koreografi
Tarian ini menceritakan tentang peperangan dan kepahlawanan. Tari Serimpi diawali dengan gerak kapang-kapang, gerakan penghormatan ditengah panggung. Lalu ada gerakan enjeran diantaranya gerak dengan dodok (duduk). Para penari Serimpi memegang pistol berwarna hitam yang menjadi bagian penting dalam tari. Ekspresi peperangan dalam tarian ini terlihat jelas dalam gerakan penari ditunjang properti berupa senjata antara lain keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak, jemparing dan pistol. Ciri khas tarian Serimpi adalah gerakan tangan yang lambat dan gemulai.
            2.2.2 Tata Busana
Kostum yang digunakan adalah kostum pengantin puteri Kraton Yogyakarta yakni dengan dodotan dan gelung bokor sebagai motif hiasan kepalatari ini juga digunakan pada upacara pernikahan.
Namun seiring perkembangan jaman telah beralih menggunakan “kain seredan” dan baju tanpa lengan dengan hiasan kepala berjumbai bulu burung kasuari serta gelung dengan ornamen bunga ceplok dan jebehan.
Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi. Gelang berwarna emas
Busana tari serimpi terdiri atas:
1. Kain parang
2. Baju tanpa lengan
3. Sabuk setagen dan epek timang
4. Selendang
5. Jamang atau irah-irahan pada kepala
6. Sumping (hiasan telinga)
7. Hiasan

2.2.3 Tata Rias
Tari serimpi merupakan tari klasik, tata rias wajahnya pun masih dipengaruhi unsur klasik
Tata rias tari serimpi antara lain :
·         memakai bedak warna terang,
·         memasang rouge di pipi
·         membentuk kedua alis karakter halus
·         memasang bayangan mata/eye shadow 
·         memakai lipstik warna merah
2.2.4.  Property dan Aksesoris
Berupa senjata antara lain keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak, jemparing dan pistol.
2.2.5.  Pementasan Tari
                    Pada umumnya tari Srimpi dipentaskan secara indoor, di pendopo keraton.
2.2.6 . Iringan Musik Tari
            Gamelan.
2.3 Eksistensi Tari
·         Berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan.
·         Pada 1775Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, SerimpiGenjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung danSerimpi Bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an.
·         Pada tahun 1970 pusat kebudayaan jawa tengah memprakarsai latihan tari serimpi di keraton surakarta.
·         Tari serimpi menjadi materi pelajaran di sekolah menengah karawitan indonesia di surakarta , perkembangan garap dengan cara pemadatan telah dilakukan di akademi seni karawitan indonesia , sehingga lama pagelaran menjadi 15 menit
·         Saat ini Serimpi  masih sering ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan saja
·         Semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan :
Tarian ini menggambarkan tentang pertikaian antar dua hal yang bertentangan, yakni antara baik dan buruk, benar dan salah, akal manusia dan nafsu manusia.
Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah. Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya  adalah wanita.  Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang berarti  4.  Menurut Kanjeng Brongtodiningrat,  komposisi  empat penari sebagai simbol dari empat penjuru mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin(udara) dan Bumi (tanah). Sedangkan nama peranannya adalah  Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang melambangkan tiang Pendopo.

3.2  Kritik dan Saran
Pengaruh global semakin menenggelamkan kesenian tradisional seperti Tari Serimpi ini. Pementasan tari serimpi dianggap terlalu membosan dan kurang bisa menarik perhatian. Sementara itu generasi muda terutama mereka para pewaris langsung, mempunyai kewajiban moral untuk meneruskan tradisi tersebut. Keadaan menjadi lebih sulit manakala pemerintah sangat kurang berperan dalam pelestarian budaya ini. Oleh karena itu, para pendiri tari serimpi beserta para pemilik sanggar tari serimpi mengharapkan agar Topeng Malang dapat masuk dalam kurikulum muatan lokal agar siswa dengan wajib harus bisa menariakn tari serimpi sebagai bentuk pelestarian budaya yang sekarang ini mulai luntur. Dan dari situ pula diharapkan anak didik bisa mencintai tari serimpi melalui gerakan dan berbagai filosofinya. Peran semua pihak sangat diharapkan agar tari serimpi yang telah menjadi ciri khas tetap lestari.







































1 komentar:

  1. 3.2 Best No Deposit Casinos in the US for 2021 (Works
    No deposit casinos use deposit funds 바카라사이트 and kadangpintar these งานออนไลน์ are the only ones that you can use to get free spins, no deposit required.

    BalasHapus